Assalamualaikum :)
+++
Assalamualaikum :)
+++
Sekelebat
masalalu berputar bak sebuah Film dihadapanku, seolah menarikku kembali
kemasa itu. Dulu aku jadi peran utama, dan sekarang aku seperti
menyaksikan sebuah teater yang aku perankan sendiri. Setetes air mata
jatuh disudut mataku, dan penyesalan itu datang menyesakkan dadaku. Yang
mampu kubisikkan hanya sebuah kalimat,’Maaf,Aku menyesal’. Apa kabar Kakak ?
Rio
menghela nafas panjang, ini bukan yang pertama. Setumpuk
catatan-catatan kecil ada dihadapannya, dadanya serasa ditekan. Diusap
pelan wajah lelahnya, kenapa semuanya harus serumit ini. Kalau memang
gadis itu mencintainya kenapa ia membuat semua ini begitu rumit, tak
lelahkah hatinya ? Hatinya tersenyum perih ketika mengingat apa yang
terjadi di masa lalunya juga –mungkin- masa lalu gadis….nya.
“Eng
Maaf kak, boleh minta tolong?” Rio menoleh ketika disadari ada
seseorang menyentuh lembut bahunya dan ia merasakan desiran aneh yang
memang tak pernah dirasanya sebelumnya. Gadis itu itu tampak gelisah,
terlihat dari raut wajahnya dan membuat hati Rio bergetar.
“Ya?”
“Aku
boleh minta tolong tungguin aku dijemput gak kak?” Dengan wajah
menunduk seraya menggigit pelan bibir tipisnya, gadis itu benar-benar
menggemaskan dimata Rio.
“Kenapa emangnya?”
“Aku anak baru. Belum ada yang deket, takut.”
“Kenapa sama gue gak takut?”
“Eng..
gak tau juga, tapi kakak aku liat lagi main basket sendirian, tapi
kakak boleh tetep lanjut main kok. Aku liatin kakak aja.”
“Oke.” Dan Rio berlalu sambil men-drible santai bolanya.
+++
Aku
sayang kakak. Maaf kalau aku buat kakak kecewa, kakak bisa balik lagi
kesini ? Aku berharap jadi rumah buat kakak, sejauh apapun kakak pergi
kakak bakal tetap balik kesini. Ke hati aku. Sekali lagi, Maaf kak. Aku
menyesal. Apa kabar My Hero ?
Tok Tok Tok
Bunyi
ketukan pintu mengalihkan perhatiannya pada setumpuk kertas yang telah
usang itu, dengan cepat dimasukkan kembali kertas-kertas itu kedalam
laci samping tempat tidurnya. Lalu diliriknya jam dinding yang
menggantung dan menunjukkan pukul 11 lebih 25 menit, yang berarti ini
tengah malam dan bibirnya berdecak kesal. Siapa yang menganggu waktu
istirahatnya.
“Hallo Yo, gue mau cerita nih.”Ucap Ray, sahabatnya
yang langsung menyelonong masuk dan duduk diranjangnya ketika pintu baru
saja dibuka. Rio menghela nafas, tidurnya akan tertunda dan ia tak bisa
berbuat apapun.
“Hm. Cewek ?”
“He’eh. Gue dijodohin masa’, sama anak temen Nyokap. Gile aje, tahun gini masih main jodoh-jodohan.”
“Nyokap lo ngebet pengen punya cucu kali,”
“Iya sih, tapi ceweknya baik kok. Cantik lagi. kayaknya gak bakal susah jatuh cinta sama dia.”
“Terus maksud lo cerita ke gue?”
“Gak ada. Pengen aja. Ya udah deh. Gue tidur dulu yaw.”
Rio
kembali termenung setelah Ray kembali kekamarnya, fikirannya kembali
melayang pada masa-masa yang menurutnya memberikan kenangan yang paling
indah juga paling menyakitkan. Gadis itu Hebat sekali dalam musik.
“Kakak bisa main apa?”
“Basket.”
“Maksud
aku alat music tauk.”Rio tersenyum melihat ekspresi gadis itu,
benar-benar apa adanya, benar-benar polos dan dengan semua itu menarik
hati Rio dan menempatkannya disudut yang membuat Rio nyaman dan enggan
untuk beranjak.
“Oh. Gitar. Kenapa?” Dan ucapan Rio mampu
menarik seluruh perhatiannya, Gadis itu segera berlari entah kemana dan
kembali dengan menenteng sebuah gitar akustik, dan Rio bisa menebak apa
yang diinginkan gadis itu.
“Main dong kak. Aku mau
denger.” Rio tak menjawab,namun tangannya terulur mengambil gitar dan
memangkunya. Hati Rio berdebar kencang melihat senyum manis itu dan
bersumpah, gadis itu benar-benar memikat hatinya. Alunan merdu dari
suara Rio dan tanpa sadar bibirnya terus tersenyum melantunkan lagu
penuh cinta itu, menyampaikan pada gadis dihadapannya kalau ia
memujanya.
“Kamu bisa main apa?”
“Gitar dikit kak, aku lebihmahir piano kata papa. Tapi lagi belajar main drum. Hehehe.”
“Pengen semua nih?”
“Iya
dong. Nanti kalo udah lulus sma, aku mau masuk sekolah musik dan
wujudin cita-cita aku jadi musisi hebat. Kayak maestro deh.” Jawabnya
penuh tekad dan senyum lebar diwajahnya, membuat Rio menangkat tangannya
dan mengelus pelan puncak kepala gadis itu penuh sayang.
“Amin.”
+++
Kakak,
apa kabar disana ? Baik kan ? Aku disini baik-baik aja kak, hehe
mungkin kabar aku gak penting buat kakak. Eh iya, Disana lagi musim apa
kak ? Disini lagi musim hujan kak. Kalo hujan, aku jadi inget kakak
terus. Inget waktu kita hujan-hujan bareng waktu itu, dan kejadian itu
benar-benar gak bisa aku lupain. Maaf ya kak, Aku lancang masih sayang
sama kakak. Kak, Maaf ya. Aku menyesal.
Bibir Rio
tersenyum tipis, kejadian itu juga tak pernah hilang diingatannya.
Kejadian yang menjadi kehebohan disekolah dan entah mengapa Rio bangga
pernah melakukan itu. Saat itu, menurut kabar Gadisnya –sekarang entah
masih atau tidak- dibully oleh anak seangkatannya yang
baru diketahuinya setelah kejadian itu, kalau cewek tersebut suka
padanya dan tidak suka pada gadisnya. Entah bagaimana caranya, gadisnya
berdiri didepan tiang bendera padahal hari itu hujan deras, dan tak
ingin beranjak dari sana.
“Yo, cewek lo dibully noh.
Berdiri didepan tiang bendera.”Rio yang saat itu sedang duduk dikantin
bersama beberapa temannya, langsung berdiri dan berlari kearah lapangan
upacara bendera dan mendapati gadisnya berdiri sambil menggigil
kedinginan. Dibuka dengan cepat jaket yang menempel ditubuhnya dan
berlari menembus hujan, dan memayungi –setengah memeluk- gadis itu dan
membawanya keluar lapangan, memakaikan jaketnya pada gadis itu karna
seragamnya yang tipis akan membuat gadis itu masuk angin.
“Kamu
apa-apaan sih, kan tau hujan. Ngapain berdiri disitu?”Tanya Rio
setengah kesal,sambil menggosok pelan kedua lengan gadisnya.
“Kalo aku gak lakuin itu, mereka bakal ganggu kakak. Bakal buka rahasia kakak.”
“Rahasia apaan sih? Sampai kamu bela-belaan sampe begini?”
“Kakak
sama kak Iyel…”Rio memeluk tubuh mungil itu menyurutkan suara itu
kembali dan yang dirasakannya hanya kehangatan. Setelah melepas
pelukannya, Rio memegang kedua pipi pucat itu, mengelusnya pelan.
“Apapun nanti yang mereka lakuin ke kamu, kamu bilang ke aku. Biar aku yang hadepin mereka,Oke?”
“Tapi nanti aku..”
“Gak ada tapi-tapian. Kamu pacar aku, kamu tanggung jawab aku. Janji sama aku?”
“Iya. Aku janji. Maaf kak, ngerepotin kakak.”
Selamat
Pagi My Hero, apa kabar dirimu disana ? Aku harap baik-baik aja. Hehe.
Kak, disini hujan lagi nih. Aku jadi inget kakak lagi. Inget waktu kita
dihalte gak kak ? Aku bener-bener gak nyangka kakak ngelakuin itu.
Makasih ya kak, udah jadi bagian dalam hidup ku dan pemilik hatiku.
Sampai sekarang masih kak, masih seger diingatanku. Kak, masih sama, Aku
minta maaf. Aku menyesal.
“Hei.
Ngapain disini?”Tanya Rio menepuk pelan pundak gadis itu, sudah 3 bulan
sejak pertama kali mereka ketemu dan mereka semakin dekat.
“Hehe. Nyariin kakak, aku sangka tadi kakak lagi main. Pengen liat, udah lama gak liat kakak main.”
“Hahaha.
Udah sore banget, jadi gue gak main. Lagian bentar lagi hujan. Pulang
yuk?”Gadis itu tampak kecewa terlihat dari ekspresinya namun akhirnya
ikut berjalan juga disamping Rio.
“Dijemput apa mau bareng?”
“Bareng aja kak.”
“Naik bus loh.”
“Iya
gak apa-apa. Boleh kan?” Rio hanya mengangguk sambil bersenandung
pelan, dan gadis disampingnya hanya menunduk menikmati langkahnya.
Tiba-tiba Hujan langsung datang dan mengguyur keduanya, dan dengan cepat
Rio melepaskan jaketnya, menarik gadis itu mendekat dan memayungi
mereka berdua.
“Hujan kan. Kita nunggu dihalte bentar ya,
soalnya kalo hujan gini bus jarang lewat. Gak apa-apa kan?”tanya Rio
dan terasa begitu dekat dengan gadis itu dan jantung keduanya berdebar
kencang.
Ternyata disana tak ada siapapun, juga karna
sudah pukul 5 sore wajar kalau halte itu sudah jarang dari orang-orang
yang beraktivitas apalagi pelajar. Keduanya memutuskan untuk duduk
disana. Gadis itu menggigil kedinginan dan Rio menangkap itu.
Dipasangkan jaket putih itu pada tubuh mungilnya, dan digenggam erat
kedua tangan yang memutih itu.
“Masih dingin?” Gadis itu
hanya menggeleng sambil menggenggam balik kedua tangan kokoh Rio dan
membuat bibir tipis Rio tertarik. Lama-lama hujan semakin deras dan tak
ada yang bersuara diantara keduanya, hanya musik dari rintikan suara
hujan yang jatuh pada atap halte, mengalir dan kembali jatuh pada
jalanan. Sampai kata-kata itu terungkap dengan lembut dari keduanya.
“Aku
sayang kamu.”Ucap Rio, gadis itu mendongak dan menatap Rio nanar dan
Rio sama sekali tak membalasnya, pandangannya hanya menatap lurus
kejalanan namun genggaman tangannya semakin erat.”Gak tau kenapa. Aku
selalu mikirin kamu secara gak sadar, gak tau dari kapan juga. Mungkin
dari pertama kamu minta tungguin jemputan atau lebih tepatnya kamu
nonton aku main basket. Haha.” Tak ada balasan, karna tak ada
pertanyaan. Yang terungkap hanya pernyataan.
“Kamu sayang
aku?”Gadis itu mengangguk pelan lalu menunduk. Dan itu benar-benar
membuat dada Rio lega.”Akujadi pacar kamu boleh?”Lagi-lagi gadis itu
hanya mengangguk, dan membuat Rio gemas dilepakan genggaman dikedua
tangannya dan beralih pada wajahnya.”Liat aku dan katakana kalo kamu
mau.”Gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap Rio lembut.
“Iya. Aku sayang kakak. Aku mau kakak jadi pacar aku.”
+++
Aku
mungkin banyak salah. Aku mungkin gak peka sama perasaan kakak, tapi
aku sayang sama kakak. Kakak tau, kakak yang pertama dan masih jadi yang
pertama dan gak ada seorangpun yang menggantikan kakak disini. Dihati
ini. Dan aku gak mau memberikan posisi itu untuk orang lain, aku mau
yang memilikinya tetap kakak. Kakak Apa kabar ?
Drrrrtt Drrrrtt
Getaran handphone membuat fikiran Rio kembali teralihkan, diraihnya benda mungil dengan sejuta kecanggihan itu dan ada sebuah pesan masuk.
From : Ray Prasetya
Besok temenin gue ke Caffe Paradise ya. Harus.
Sorry ganggu tidur lo bapak Direktur.
Rio
merengut kesal, mengapa tidak tadi saja cowok itu berkata padanya.
Dasar Ray, rutuknya dalam hati. Caffe Paradise membuatnya fikirannya
kembali melayang jauh, disana tempat terakhirnya bersama gadis itu.
Tempat semuanya bubar begitu saja, memang tak pernah ada kata putus.
Namun entah bagaimana, Rio meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Mungkin jelas, cemburu. Yah, cemburu. Rio cemburu dan meninggalkan gadis
itu begitu saja.
“Dia siapa?”Tanya Rio dingin menatap tajam pada gadis itu.
“Bukan siapa-siapa. Cuman temen dikelas aku kak. Gak ada apa-apa.”
“Lalu kenapa Foto itu terlihat begitu mesra?”
“Yaampun. Kak, aku dapet tugas tampil diacara ulang tahun Jurusan aku. Dan dia juga, kita disuruh duet.”
“Kenapa kamu gak nolak?”
“Nolak ? Kak, itu cuman sekedar duet biasa.”
“Kenapa pake pegangan tangan ?”
“Itu skenario Kak Rio. Plis percaya sama aku.”
“Gimana aku bisa percaya kalo foto itu jelasin semuanya kalo kamu selingkuh.”
“Aku gak selingkuh!”
“Haha. Pegangan tangan sama cowok lain, kenapa gak pake pelukan sekalian hah?”
“Terserah.
Aku capek. Aku gak semurah itu. Aku bukan cewek murahan. Apa pernah aku
sama cowok lain selain kakak ? Sedangkan kakak, jalan sama cewek lain
aku pernah marah?”
“Mereka cuman temen.”
“Gitu
juga dia. Kak, plis. Kita udah hampi 4 tahun dan kakak gak percaya aku?
Kemana Kak Rio yanglemah lembut dan penyayang? Kakak udah mau wisuda,
dan bakal pergi jauh. Plis, jangan buat semuanya memburuk kak. Aku gak
mau kita pisah.”
“Justru karna aku gak mau kita pisah,
ini Beda. Kamu pegangan tangan sama cowok lain. Apa pernah aku pegangan
tangan sama cewek lain?”
“Terserah kak. Aku capek.”Gadis
itu terdiam dengan nafas terengah-engah, menelungkupkan wajahnya pada
meja tempat mereka makan –walau sebenarnya makanan itu belum disentuh
sama sekali.
“Oke. Terserah.”Rio beranjak dan meninggalkan gadisnya. Benar-benar meninggalkannya.
+++
Selamat
Malam My Hero,My Piano,My Guitar. Apa kabar ? Aku doain kakak baik-baik
aja ya. Kak, mungkin ini yang terakhir dari aku. Aku udah gak bisa lagi
kak, bukan hati aku yang mau berhenti, tapi keadaan mengharuskan aku
buat berhenti. Kakak hanya perlu tau, aku masih sayang kakak. Disini
masih punya kakak. Kak, Maaf kesalahanku yang dulu. Aku menyesal buat
semuanya hancur seperti ini, namun aku sadar waktu gak akan pernah bisa
berputar. Maaf, Aku sayang kakak.
“Yo,
udah?”tanya Ray yang muncul dibalik pintu kamarnya. Rio mengangguk dan
berjalan keluar kamarnya dan menyusul Ray kemobilnya,dan mengikuti Ray
yang mengajak-atau lebih tepatnya memaksa-nya untuk ikutnya cowok itu
yang katanya akan bertemu entah dengan siapa. Sepanjang perjalanan
mereka hanya diam, Rio sibuk memperhatikan jalan yang selalu macet dan
memunculkan pengamen-pengamen kecil yang membawa ingatannya kembali pada
gadisnya dimasa lalu, gadis itu luar biasa baik hati. Kaya namun
sederhana, punya segalanya namun rendah hati dan gadis itu suka sekali
dengan anak kecil.
“Yuk.”Ajak Ray mengingatkan Rio bahwa mereka
telah sampai di Caffe tempat mereka akan makan siang. Rio mengangguk
lantas mengikuti Ray melangkah pada meja yang sepertinya memang telah
di-booking-nya.”Makan apa lo?”
“Apa aja, Gue toilet
bentar ya. Lo pesenin gue kayak biasa aja.”Dan cowok itu beranjak
menjauh entah mau ngapain. Ketika ia balik telah ada seseorang yang
duduk bersama Ray, Perempuan berambut panjang hitam sedikit bergelombang
yang tak dikenalnya karna perempuan tersebut membelakanginya. Rio
langsung saja duduk disamping gadis itu tanpa menoleh dan langsung
meminum minuman yang ada dihadapannya.
“Yo, kenalin….”Ucapan Ray terhenti berganti dengan suara lirih yang membekukan Rio ditempatnya.
“Kak…Rio…”Rio
terdiam, syaratnya serasa berhenti namun jantungnya berdetak dengan
cepat lebih dari gendering perang, diputarnya arah badannya kearah gadis
yang duduk disampingnya. Dan gadis itu sama dengan yang ada
difikirannya. Gadis pemilik hatinya dimasa lalu dan sampai saat itu.
Gadis yang selalu mengiriminya surat yang hanya berisi pesan pendek
padahal jaraknya jauh dari Jakarta-London. Gadis dengan segala
kesederhanaannya mampu meluluhlantakkan hati Rio. Gadis yang begitu
polos namun memberikan sejuta warna dikehidupannya. Gadis itu gadis masa
lalunya, Gadis itu Ratu dihatinya. Air mata bergulir pelan disudut
matanya dan menjadi aliran anak sungai dikedua pipinya.
“I…If..Ify..”
+++
Ify,
mungkin aku yang egois. Mungkin aku yang salah. Maafin aku Fy, aku
masih tetap Rio yang dulu. Aku masih sama. Akupun begitu Fy, aku masih
sangat sayang kamu. Kamu [masih] satu-satunya. Kalau bisa, aku akan
kembali pulang Fy. Dan Rumahnya kamu. Aku sayang kamu.
+++
Hallo. Saya Yeyen Pratiwi.
Wassalamualaikum :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar